Blog Archives
Djanggo Unchained: Life, Liberty and the Pursuit of Vengeance
Ada beberapa hal yang membuat saya enggan untuk nonton film ini. Salah satunya adalah pemeran utamanya, Jamie Foxx. Entah kenapa saya enggak suka dia, titik. Kedua poster yang terpampang di bioskop menjanjikan kalau film ini bakal berdarah-darah. Setelah tiga minggu berturut-turut nonton film penuh adegan sadis: Hansel and Gretel, the Last Tycoon dan A Good Day to Die hard, kayaknya pingin sesuatu yang ringan dan indah. Tapi karena memang tidak banyak pilihan film dan karena film ini dinominasikan dalam Golden Globe untuk 5 kategori : Best Movie, Best Director, Best Screenplay, Best Supporting Actor (2), maka tidak ada pilihan lain kecuali nonton film ini. Ternyata lumayan juga ceritanya. Pantas kalau masuk nominasi best screenplay.
Film ini berlatar belakang masa perbudakan di Amerika 2 tahun menjelang perang saudara. Dokter Schultz, seorang bounty hunter (Pemburu Bayaran), yang mantan dokter gigi, membebaskan Djanggo dari perbudakan dan menjadikan dirinya sebagai valet sambil dilatih menembak agar mampu untuk menjadi wakilnya. Dr. Schultz juga berjanji akan membantu Djanggo untuk mencari istrinya, Broomhilda yang sudah dijual dan dimiliki oleh Calvin Candie seorang pemilik perkebunan yang kejam.
Genre:
Drama, Western
Director:
Quentin Tarantino
Writer (s)
Quentin Tarantino
Stars:
Jammie Foxx (Djanggo)
Christoph Waltz (dr. Schultz)
Leonardo DiCaprio (Calvin Candie)
Kerry Washington (Broomhilda von Schaft)
Samuel L. Jackson (Stephen)
Release Date:
December 25, 2012 (USA)
Place and Date of My Viewing:
Cinema XXI
Kemang Village
February, 2013. 5:00 PM
With Maga, Meina, Widya and Ipunk
d’Omah: Makan di Tepi Sawah
Sebenarnya d’Omah lebih tepat masuk ke kategori hotel dibanding kategori restaurant. Namun, karena saya belum sempat untuk menginap di tempat ini, saya tidak punya pendapat mengenai hotel ini. Beruntung saya diberi kesempatan untuk melihat-lihat fasilitas d’Omah.
Makan siang di restaurantnya yang berada tepat di depan sawah ini merupakan pengalaman yang menyenangkan. Sayang makanan tradisionalnya sudah disesuaikan dengan selera internasional, jadi untuk lidah saya makanannya jadi enteng. Tongseng yang saya pesan jadi hilang khas tongsengnya. Untuk carang gesing yang dilengkapi dengan vanilla ice cream, OK sekali .
Categories:
Indonesian Food and Hotel
Address:
Ambience:
Javanese Village
- The Terrace
Planet Hollywood Jakarta: Goodbye, Terminator
After more than 2 years, we finally went back to Planet Hollywood Jakarta and expected to be greeted by the “Terminator”. But we were in for surprise. Not only that the Terminator and the movie stars stage had gone, the glamour, the dashing and the Hollywood atmosphere were also gone. Replace by a dull warehouse-cum-movie studio interior design. Fortunately, the foods were still, even more tasteful, than before.
Categories:
American Food
Address:
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav 16
Jakarta 12930
Indonesia
Telp: +62 21 526 7827
Ambience:
Black and Gloomy.
Attire:
Casual
Price Range:
Rp 150.000,- – Rp 250.000,- / person
Date of Visit:
June 11, 2011 dinner with Maga, Ina Noe, Yanto, Rina, Andy, Sasya and Nanda
Our Orders and the Prices:
Classic Nachos Rp. 75.000,-
Fried Calamari Rp. 55.000,-
Lasagna Rp. 79.000,-
BBQ Beef Short Ribs Rp. 199.000,-
Australian Beef Tenderloin Rp. 175.000,-
Australian Beef Rib Eye Rp. 175.000,-
Lamb Chop Rp. 145.000,-
Fajita Beef Rp. 115.000,-
Iced Tea Rp. 21.500,-
Home Alone Rp. 45.000,-
Apple Berry Crush Rp. 35.000,-
Ace Ventura Rp. 35.000,-