Yellowstone: Taman Nasional Pertama di Dunia
Konon, kalau kita belum pernah ke Yellowstone artinya kita belum pernah ke Amerika Serikat. Ungkapan tersebut sering didengungkan untuk mengungkapkan betapa pentingnya obyek wisata alam yang satu ini bagi Amerika Serikat. The Land of Wonders atau Wonderland adalah nama lain untuk Yellowstone. Orang Amerika mendaulat taman ini sebagai salah satu tempat yang harus dikunjungi sebelum mati.
Yellowstone merupakan taman nasional pertama di Amerika Serikat, bahkan pertama di dunia. Diresmikan pada pada tanggal 1 Maret 1872 oleh Kongres Amerika Serikat. Sebagian besar kawasan Taman Nasional Yellowstone terletak di Wyoming (96%), sisanya masuk ke negara bagian Montana (3%) dan Idaho(1%).
Ada lima jalan masuk menuju ke Yellowstone yakni: Gerbang Utara melalui kota Gardiner Montana, Gerbang Timur Laut melewati Cooke City, Montana, Gerbang Timur melewati kota Cody, Wyoming, Gerbang Selatan melalui kota Jackson, Wyoming dan gerbang Barat lewat West Yellowstone, Montana.
Karena kami – saya dan suami – memulai perjalanan dari San Francisco dan akan meneruskan perjalanan menuju Seattle, maka kami merencanakan memasuki kawasan ini dari Gerbang Selatan dan keluar dari Gerbang Utara
Dari San Francisco ke Yellowstone
Dari San Fransisco kami mengendari mobil melalui Sacramento, Lake Tahoe, Carson City, Reno, Salt Lake City dan Idaho Falls. Sebuah perjalanan yang panjang (sekitar 1800 Km), namun sarat dengan petualangan dan pengalaman yang menarik. Untung perjalanan kami dilengkapi dengan GPS (Global Positioning System) sehingga salah membaca peta dan tersesat tidak kami alami selama pejalanan ini.
Banyak obyek wisata menarik di sepanjang perjalanan menuju Yellowstone seperti: Lake Tahoe, tempat berlangsungnya Olympiade musim dingin tahun 1960, Reno, kota casino yang pertama dan terbesar di Amerika sebelum adanya Las Vegas dan tentu saja perjalanan tak terlupakan melintasi gurun Nevada dan gurun garam di Utah.
Keluar dari Reno, kami mulai memasuki gurun Nevada, melalui Interstate Highway I-80. Melihat jalan yang lebar, lurus, mulus dan lengang membuat saya berani menawarkan diri untuk mengganti suami mengemudikan mobil. Dia menolak, tidak yakin dengan kepiawaian saya. Dia bilang angin di gurun bertiup sangat kencang jadi pengangan di kemudi harus kuat dan reaksi harus cepat. Untung saja dia menolak. Perjalanan yang tadinya dimulai dengan cuaca cerah, matahari bersinar terang benderang pelan-pelan berubah menjadi mendung, hujan, badai, hujan es padat, hingga ke badai salju. Pengalaman mengemudi saya yang terbatas di jalan tol Jagorawi dan Pantura tidak cukup untuk menghadapi perubahan cuaca yang dramatis seperti itu.
Di sepanjang I-80 yang melintasi gurun Nevada ada beberapa kota kecil seperti Winnemucca, Battle Mountain dan Wendover, sehingga untuk mencari makan atau secangkir kopi tidak menjadi masalah. Uniknya di setiap kota kecil yang kami lalui tersebut pasti ada pusat casino-nya.
Keluar dari negara bagian Nevada, kami memasuki Utah. Begitu masuk Utah, keadaan alamnya benar-benar berubah drastis. Bau garam langsung menyengat hidung. Daratan yang tadinya danau air asin, the Great Salt Lake, yang kemudian mengering menjadi garam ada di kiri dan kanan I-80. Putih bersih menyilaukan mata. Saking putihnya kami seakan berjalan di atas awan. Mempesona sekaligus mengerikan. The Great Salt Lake merupakan danau terasin kedua di dunia setelah Laut Mati. Tidak ada sungai yang menuju maupun mengalir dari danau ini. Danau ini mendapatkan sumber airnya hanya dari salju yang mencair. Karena penguapan, lama kelamaan debit danau ini semakin mengecil.
Rencananya kami hanya mau singgah sejenak di Salt Lake City. Tapi melihat kotanya yang damai dan penduduknya yang ramah, kami memutuskan untuk tinggal selama dua malam di Salt Lake City. Suami saya yang gemar mempelajari hal-hal spiritual menggunakan kesempatan untuk mengunjungi Temple Square dan mencari buku mengenai agama Mormon dan bagaimana Salt Lake City, yang jauh dari mana-mana bisa menjadi pusat agama Mormon sedunia.
Dari Salt Lake City kami melanjutkan perjalanan ke utara ke arah Idaho Falls, langsung ke Wyoming. Sebelum masuk ke Yellowstone kami menginap semalam di Jackson Hole, kota terakhir di Wyoming sebelum memasuki Taman Nasional Yellowstone. Kota ini sebenarnya benama Jackson, namun karena terletak di lembah Jackson Hole orang jadi salah kaprah dan menyebut kota Jackson ini sebagai Jackson Hole.
Pada musim dingin, agak susah untuk mencari hotel di kota kecil ini karena ramai oleh pengunjung yang ingin bermain ski. Ada beberapa ski area di daerah ini. Yang paling terkenal adalah Jackson Hole Ski resort yang terkenal dengan turunan-turunan yang curam dan vertikal. Untung kami datang di saat musim ski sudah berakhir dan sebelum liburan musim panas tiba, sehingga kami dapat tinggal di The Lodge at Jackson Hole. Hotel yang dikelola oleh Best Western. Tarip resmi hotel bergaya kabin ini 300-an dollar, tapi karena kami walk-in guest tanpa reservasi kami justru mendapat diskon 50%. Lumayan.
Grand Teton: Surganya rusa
Salah satu keuntungan pergi ke Yellowstone melewati Gerbang Selatan adalah melewati taman nasional yang lain yaitu Grand Teton National Park. Sepanjang 42 mil (sekitar 65 Km) kami mengendari mobil di dalam taman ini dengan disuguhi panorama yang spektakuler. Taman yang terletak di Rocky Mountains ini didominasi oleh jajaran pegunungan Teton dengan Grand Teton sebagai gunung yang tertinggi. Di beberapa tempat sengaja disediakan tempat pemberhentian untuk mengamati keindahan alam yang unik.
Pemandangan yang paling menakjubkan dari daerah ini adalah gugusan pegunungan yang puncaknya berselimutkan salju abadi dipantulkan melalui permukaan air danau Jackson.
Selama mengendarai mobil sekali-sekali sekolompok elk (sejenis rusa besar) menyeberangi jalan kemudian berlari bersembunyi di
semak-semak. Kalau kita menghentikan mobil dipinggir jalan, mereka akan mengintip dari balik semak-semak, seakan menunggu apa yang akan kita lakukan berikutnya.
Di Grand Teton ini setiap akhir musim gugur, menjelang musim dingin terjadi pengungsian elk besar-besaran. Lebih dari 7500 elk datang dan tinggal di tempat ini selama musim dingin. Mereka datang dalam kelompok-kelompok kecil menempuh jarak hingga 65 Km. Sebagian dari mereka mengungsi dari Yellowstone. Pada musim semi elk-elk ini kembali ke tempat mereka masing-masing.
Yellowstone: Surganya para fotografer
Yellowstone yang mempunyai areal seluas hampir 9.000 Km2 ini terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 7733 ft di atas permukaan laut. Taman Nasional ini memiliki keunikan alam yang paling lengkap. Mulai dari sungai, ngarai, danau Yellowstone yang merupakan salah satu danau terbesar di dataran tinggi di Amerika Utara, Supervolcano paling besar di benua Amerika, kaldera, sumber air panas, gunung lumpur dan lain-lainnya.
Selain alamnya, binatang penghuni taman ini juga beragam. Bison (sejenis kerbau buruk muka) dan elk berkeliaran dengan bebas dimana-mana. Kalau lagi beruntung, atau naas lebih tepatnya bisa bertatap muka dengan beruang. Berbagai spesies burung, reptil dan ikan ada di taman ini.
Walaupun taman nasional ini luar biasa luasnya, namun untuk menikmatinya tidaklah sulit. Rute untuk menjelajahi Yellowstone sudah tersedia. Jalan semacam ring-road sepanjang 86 mil (sekitar 130Km) sudah dibangun melewati obyek-obyek wisata yang menarik. Jalur hiking maupun bersepeda juta tersedia. Sehingga kita tinggal memilih sarana apa yang akan kita gunakan dan menentukan tempat-tempat mana yang ingin kita kunjungi. Mana yang ingin kita nikmati lebih lama, atau mana yang mau kita lewatkan, tergantung waktu yang kita miliki.
Kalau kita datang dari Gerbang Selatan maka kita akan memulai petualangan kita dari West Thumb. Kalau dari West Thumb kita ambil jalan ke kanan, kita akan melewati Fishing Bridge titik awal bagi mereka yang masuk dari Gerbang Timur. Memutar lagi kita akan sampai di Canyon yang merupakan titik awal bagi yang masuk dari timur laut dan seterusnya
Walaupun jarak untuk mengitari Yellowstone bagian dalam hanya 130 Km, namun karena banyaknya tempat menarik yang pantas ikunjungi, serta kadang terjadi hambatan di jalan seperti terjadi migrasi bison besar-besaran, jarak tersebut kami tempuh dalam waktu lebih dari 6 jam
Pada waktu mengelilingi Yellowstone ini ada satu hal yang menarik untuk dicatat: seperti halnya bison dan elk, fotografer juga ada dimana-mana. Lengkap dengan kamera mereka yang super besar, super panjang dan super canggih. Mereka berada dimana-mana, di tepi jalan, di pojok-pojok, di bawah pohon, di atas jembatan ngarai menunggu saat yang tepat. Kalau di dekat geyser mereka menunggu memancarnya air. Di ngarai mereka menunggu matahari membiaskan warna emas ke bebatuan. Di padang
rumput, mereka menunggu awan yang tepat. Begitu banyak yang bisa dibidik kamera di tempat ini.
Tempat-tempat yang harus dikunjungi di Yellowstone National Park
Yellowstone memproklamirkan dirinya sebagai kawasan gunung berapi yang memiliki ladang geyser (air mancur panas) terbesar di dunia. 60% dari geyser di dunia berada di kawasan ini. Lebih dari 10,000 titik geyser, panas bumi, sumber air panas, gunung lumpur terdapat di taman ini. Yang patut mendapat acungan jempol, tidak satupun sumber daya alam tersebut yang dikomersialkan dan dirubah menjadi energi seperti PLTU. Bahkan tidak ada satupun pemandian air panas yang layak kita jumpai bila berkunjung ke Ciwidey, atau Garut di Jawa Barat. Alam benar-benar dilestarikan di tempat ini
Geyser-geyser itu ada yang menyemburkan air panasnya secara berkala, ada juga yang secara tiba-tiba. Yang waktu penyemburannya hampir bisa dijadwalkan adalah Old Faithful Geyser. Dia akan menyemprotkan air panas dengan suhu sekitar 95 derajat Celcius setinggi hingga 40 meter setiap 60 hingga 110 menit. Setiap muntahan berlangsung sekitar 1,5 menit hingga 5 menit.

Old Faithful menyemburkan air hingga 40 meter
Tepat di samping Old Faithful Geyser ini ada Old Faithful Inn, tempat kami menginap. Hotel yang dibangun menggunakan kayu glondongan ini didirikan pada tahun 1903 dan merupakan salah satu bangunan favorit di Amerika. Walaupun hotel ini tidak memiliki fasilitas modern seperti TV, kolam renang, maupun internet, tapi hotel ini sangat pas untuk lingkungannya serta memiliki kemewahan tersendiri seperti perapian setinggi lima lantai, dan restaurant yang sangat luas. Untuk olahraga ada sarana berjalan kaki untuk mengelillingi Old Faithful Geyser, Geyser Hill dan Grand Geyser dengan jarak tempuh yang bermacam-macam. Untuk
hiburan, duduk di teras menikmati secangkir kopi sambil memandang Old Faithful geyser menyemburkan air diiringi denting piano dari lobby rasa-rasanya lebih dari cukup.
Tidak jauh dari Fishing Bridge, titik awal bagi mereka yang masuk dari Gerbang Timur, terdapat Mud Volcano (gunung lumpur panas) yang terdiri dari serangkaian kolam-kolam lumpur panas. Mud Volcano ini mengingatkan kami pada lumpur Lapindo, meskipun kalau dilihat dari ukurannya, kolam lumpur di Mud Volcano ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan lumpur Sidoarjo. Di Mud Volcano ini tidak mungkin untuk tinggal lama karena bau belerangnya yang menyengat mirip bau telor busuk. Selain kolam lumpur panas, di area Mud Volcano ini juga ada obyek menarik lainnya yaitu sumber air panas Dragon Mouth. Diberi nama itu karena goa yang terletak di bukit ini kalau mengeluarkan uap menggelegar seperti gelegar naga.
Di seberang Mud Volcano, kita juga bisa menikmati kaldera dengan kolam-kolam lumpur panas yang lain. Tempat ini mengingatkan kami pada kawah gunung Tankuban Prahu.
Grand Canyon of Yellowstone dan Mammoth Hot Springs
Menyerupai dan tak kalah menariknya dengan ngarai di Grand Canyon National Park, Arizona, Yellowstone juga memiliki Grand Canyon, Grand Canyon of Yellowstone. Ngarai ini dilengkapi dengan dua buah air terjun: the Upper Waterfall dan the Lower Waterfall. Warna ngarai di bagian atas lebih menyolok dibandingkan warna ngarai di bagian bawah. Sinar matahari juga memainkan peran dalam permainan warna di bebatuan ngarai ini, sehingga banyak sekali fotografer yang rela duduk berjam-jam menunggu sinar yang tepat.
Obyek wisata lainnya yang pantas dan sebaiknya dikunjungi adalah Mammoth Hot Springs. Tempat ini tidak lagi berada di ring-road dalam taman, tapi sudah dekat dengan Gerbang Utara. Sumber air panas disini mengalir ke bawah melalui bebatuan yang mirip anak tangga. Sayang debit air di sumber air panas ini mulai berkurang, sehingga efek air terjunnya tidak lagi seindah di brosur-brosur wisata. Sebaiknya Anda mengunjugi tempat ini sebelum airnya benar-benar habis.
Mengunjugi Yellowstone, taman wisata nasional pertama di dunia ini merupakan pengalaman yang sangat mengesankan. Mudah-mudahan saya berkesempatan untuk mengunjuginya lagi. Dan mudah-mudahan hancur-lebur dan luluh-lantaknya Yellowstone seperti yang digambarkan di dalam film 2012 itu tidak terjadi, sehingga anak cucu kita bisa menikmati dan belajar darinya.
Posted on May 25, 2011, in Places and tagged Grand Canyon of Yellowstone, Grand Teton, Laily Lanisy, Salt Lake City, Yellowstone, Yellowstone National Park. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0